Powered by Blogger.

Tidak Ada perantara antara Hamba dengan Allah


Sejumlah agama memberikan hak-hak istimewa kepada individu-individu tertentu melebihi orang-orang lainnya. Bahkan agama-agama tersebut menghubungkan peribadatan manusia dan keimanannya dengan keridhaan dan persetujuan dari "orang-orang  istimewa". Dalam keyakinan agama-agama seperti ini, "orang-orang istimewa" itu menjadi mediator antara hamba dan Tuhan. Mereka diayakini bisa memberikan pengampunan dan mengetahui hal-hal ghaib--berdasarkan klaim mereka yang keliru. Maka, menentang aturan aturan mereka dianggap sebagai besar bagi pemeluknya.

Maka datanglah Islam untuk memuliakan manusia; meninggikan kehidupannya, serta menghapus doktrin tentang hak mediasi pada segeanap individu tertentu. Betapapun sebagian orang memiliki keutaman dan ke istimewaan, namun kebahagiaan, pertaubatan, dan peribadatan sama sekali tidak berkaitan dengan mereka.

Dalam Islam, tidak ada perantara yang dapat menghubungkan antara ibadah seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat dekat hamba-Nya. Dia mendengar langsung do'a dan permintaan para hamba-Nya, melihat langsung ibadah dan shalat mereka, sehingga bisa memberikan pahala langsung tanpa perantara. Juga tidak ada manusia yang mempunyai otoritas ampunan dan bertaubat. Dengan demikian, kapan pun seorang hamba bertaubat dengan benar maka Allah akan langsung memberi ampunan kepadanya. seperti halnya juga tidak ada manusia yang mempunyai kekuatan luar biasa untuk mengubah bumi, karena kekuatan ada di tangan Allah.

Selain itu, Islam juga memerdekakan akal seorang Muslim, menganjurkan untuk berpikir menggunakan akalnya, serta dan menjadikan Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad sebagai rujukan ketika menjadi perselisihan di antra mereka. Tidak ada seorang pun manusia yang memiki otoritas absolut untuk di ikuti segenap perbuatan dan perkataannya, kecuali hanya Rasulullah. Ini mengingat, tutur kata beliau selalu bersumber dari wahyu Allah dan bukan dari hawa nafsu pribadi. Allah berfirman, "Dan tiadalah yang di ucapkan itu ( Al-Qur-an) menurut kemauwan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan  (Kepadanya)."  (An-Najm:3-4)

Betapa besar limpahan nikmat Allah kepada kita, berupa agama Islam yang selaras dengan  fitrah manusia. Islam memuliakan dan menjadikan manusia sebagai tuan bagi dirinya sendiri. Sebagai mana Islam juga talah memerdekakan manusia dari peribadatan dan ketundukan kepada selain Allah.

 Shalat Berjamaah
Kemerdekaan dan kemuliaan manusia tergantung pada kadar penghambaanya kepada Tuhannya dan Pemiliknya

No comments: